Rabu, 30 April 2014

berfikir

Tiga Tahapan Berfikir Manusia
Oleh: Roinal Rois Al Kalim

TAHAP I
Manusia membuka jendela dunia inderawinya,dan tertangkaplah beragam fenomena keindahan dan kesempurnaan di seisi alam semesta…termasuk kedalam kesempurnaan itu adalah beragam fenomena keserba tertataan dan keserba teraturan dari tiap wujud yang ada di alam semesta itu,termasuk wujud manusia - makhluk yang melata di daratan - yang beterbangan di udara serta yang berkeriapan di dalam air.
Bila manusia adalah tak lebih dari makhluk yang tak berakal maka ceritera ini mungkin akan berhenti hingga sampai disitu,bila manusia adalah tak lebih dari makhluk yang tak berakal maka semua hal hanya akan berhenti sampai sebatas segala suatu yang tertangkap oleh dunia inderawi nya, dan kebenaran tertinggi pun akan diproklamirkan sebagai : ‘kebenaran empirik’.
TAHAP II
Tetapi masalahnya adalah manusia itu adalah makhluk yang di karuniai akal,sehingga semua persoalan yang singgah dalam fikiran manusia berarti tidak akan berhenti sampai di sebatas segala suatu yang tertangkap oleh dunia panca inderawi nya belaka, tetapi semua yang tertangkap oleh dunia inderawi nya itu akan di olah - di rekonstruksi atau akan di abstraksi kan oleh akal nya untuk menjadi konsep - rumusan yang rasional-yang bisa ditangkap dan difahami oleh cara berfikir akal.
Sebagai contoh : manusia melihat beragam keserba tertataan dan keserba teraturan di alam semesta termasuk wujud bentuk fisik manusia-hewan yang melata di daratan-ikan ikan yang berkeriapan di lautan serta burung burung yang beterbangan di udara, maka akal nya akan mulai berfikir tentang sesuatu (yang bersifat abstrak) dibalik semua keserba tertatan dan keserba teraturan yang tertangkap oleh dunia inderawi itu, sesuatu yang abstrak yang membuat semua ketertataan itu menjadi ada -eksis, lalu lahirlah konsep tentang ‘sang desainer’.
(Jadi akal mulai menjangkau dunia abstrak yang tidak terjangkau oleh dunia indera, walau baru sebatas ‘permukaan’,dimana penelusuran akal ke dunia abstrak itu menghasilkan rumusan ‘kebenaran rasional’…)
Beberapa orang ateis-materialist yang suka mendahulukan curiga dan prasangka sering beranggapan negatif bila orang beriman mengajukan argumentasi tentang ‘sang desainer’ di balik keserba tertataan yang ada di alam semesta,mereka beranggapan argument demikian itu hanya sebagai ‘anggapan’ yang di ada ada kan oleh fikiran orang beriman.padahal itu belum berarti merupakan argumentasi iman tetapi yang pasti adalah hanya baru merupakan argumentasi akal ..
Tidak percaya (?) mari kita uji coba dengan gambaran berikut :
Dari tengah rimba hutan amazon keluarlah manusia manusia primitive yang belum mengenal konsep Tuhan-agama tetapi kemudian mereka menemukan benda benda hasil desain manusia yang tercecer : ransel - teropong - jam tangan - radio - perahu kano dlsb. dan secara insting akal mereka seolah memberitahu bahwa itu semua adalah hasil desain manusia dan karena itu mereka segera menyebar untuk mencari cari pemilik benda itu.
Kecuali para monyet…yang menemukan semua benda hasil desain manusia itu tadi mereka mungkin hanya akan memain mainkannya,artinya karena mereka tak ber akal maka mereka tidak akan berfikir tentang : siapa sang desainer benda benda yang memiliki konstruksi yang tertata - beraturan itu ? …dan karena itu mereka tidak akan mengejar ngejar untuk mencari pemilik nya.
TAHAP III
Setelah manusia menangkap beragam wujud di alam semesta dengan dunia inderawi nya dan membuat beragam rumusan berupa konsep konsep dengan akal nya maka cukupkah perjalanan berfikir manusia mencari kebenaran berhenti hingga sampai disitu ? cukupkah manusia berhenti sebatas penangkapan dan perumusan oleh akal lalu memproklamasikan ‘kebenaran rasional’ sebagai ‘kebenaran tertinggi’?
Bagi orang yang tidak memiliki hati nurani atau tidak menggunakan nurani nya untuk berfikir, bagi mereka mungkin ‘kebenaran empirik’ atau ‘kebenaran rasionalistik’ adalah merupakan bentuk kebenaran ‘tertinggi’,tetapi tentu tidak bagi orang yang memiliki hati nurani dan menggunakan hati nurani nya itu untuk berfikir.mereka akan berfikir secara lebih dalam lagi untuk mencari ‘yang tertinggi’-‘yang terdalam’-‘yang bersifat essensial’ -‘yang hakiki,sebab itu sebagai contoh, mereka akan memikirkan secara lebih mendalam semua yang telah terumuskan oleh akal,misal mereka akan memikirkan : apa - siapa sang desainer itu ? … apa maksud tujuan sang desainer dengan semua yang diciptakannya itu ?
RUMUSAN AKHIR :
Itulah fitrah estafet berfikir manusia mulai dari dunia indera hingga ke hati,hingga berakhir pada ‘keyakinan’ yang tersimpan secara permanen dalam hati.sebab hati adalah muara tempat penyimpanan akhir seluruh aktifitas dunia indera dan akal.
Dan semua yang saya uraikan diatas adalah fitrah berfikir manusia yang alami. tentu saja bagi orang yang dunia indera - akal dan hati nurani nya hidup secara keseluruhan.
Jadi bisa dikatakan dunia indera menangkap lapisan ‘permukaan’ - akal menangkap lapisan pertengahan dan hati nurani menangkap lapisan terdalam - essensi - hakikat.
Dengan kata lain secara hierarkis manusia berfikir mulai dari dengan menggunakan pengalaman dunia inderawi nya - kemudian dengan menggunakan (logika) akalnya dan lalu dengan menggunakan hati nya, walau dalam kenyataan semuanya saling berkelindan - saling merajut dalam menghadapi beragam problematika.
Dengan argument diatas mudah mudahan tak ada lagi vonis - stigma negative terhadap orang yang beriman,sebab orang beriman justru orang yang memaksimalkan seluruh potensi peralatan berfikir yang ada dalam dirinya mulai dari dunia indera hingga hati nurani nya,dan mendalami ilmu mulai dari ilmu yang bersifat permukaan seperti ilmu dunia empirik hingga ke bentuk ilmu yang berbicara tentang essensi - hakikat dan hikmat dari segala suatu yang ada dan terjadi.
Orang beriman tidak memenjarakan akal dan nurani nya dalam penjara dunia indera - dalam penjara dunia materialistik sebagaimana kaum materialist yang terpenjara oleh dunia indera dan dunia alam materi sehingga mereka cenderung ‘buta’ terhadap essensi - hakikat dan hikmat terdalam dari segala suatu yang ada dan terjadi.
Dengan penjelasan diatas kita juga bisa meraba susunan hierarkis derajat ilmu dan kebenaran antara kebenaran empirik - kebenaran rasionalistik dan kebenaran hakiki.sebab dalam pandangan Tuhan ilmu dan kebenaran itu tidaklah ‘datar’ melainkan secara derajat tertata dalam susunan yang hierarkis...


Sabtu, 02 November 2013

ketua HMJ jadi sasaran


jum'at 20 september 2013, adalah hari dimana himpunan mahasiswa jurusan tasawuf & psikoterapi merayakan ulang tahunnya yang ke 13, banyak yang mengatakan bahwa angka 13 dianggap sebagai simbol angka kesialan bagi semua orang, namun pernyataan itu di bantah oleh kajur tasawuf & psikiterapi itu sendiri, " menurut saya angka 13 bukanlah angka kesialan , hanya kebetulan saja yang mendapat kesialan tepat pada angka 13 baik itu umur dan lain sebagainya, buktinya salah satu dosen TP memilih nomer rumah dengan angka 13 beliau baik-baik saja bahkan bisa dibilang beliau adalah orang yang sukses," ujarnya saat menyamput di perayaan ulangtahun.
bicara masalah ulang tahun atau bahasa kerennya happy anniversary identik dengan pemotongan kue bolu dan tiup lilin, tetapi itu adalah budaya orang nasrani dan tidak patut kita contoh karena sudah jelas hadisnya, "barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongannya". perayaan yg kita laksanakan bukanlah seperti itu, melainnya dengan berdoa bersama dan memotong tumpeng sebagai simbol psiritual yang diberi sugesti doa yang nantinya akan kembali ke warga-warganya.
ada sesi yang paling seru disini, yaitu sang ketua himpunan mahasiswa jurusan (HMJ) M.yusuf fadhil menjadi incaran semua anggota TP, dibilang kasihan memang kasihan tapi inilah resikonya menjadi ketua yang di kerjain habis-habisan oleh angotanya dengan menyiramkan air yang di campuri berbagai macem kotoran-kotoran yang ada di sekitar lapangan bahkan sampah sekalipun ke tubuhnya, dengan baju yang basah kuyup dan kotor itu dia membalas perbuatan yang di lakukan oleh anggotanya dengan cara yang sama namun tampa kotoran sedikitpun.,.. haha

SELAMAT ULANG TAHUUN TEPEKUUUH.......

KETIKA SEORANG MENYATAKAN AKU MENCINTAIMU

KETIKA SEORANG MENYATAKAN
“AKU MENCINTAIMU”
Ketika seorang menyatakan “aku mencintai mu”
ia tidak menuntut tapi tidak memberi, mencintai adalah keputusan yang berat bukan berat jika ia belum berkorban seluruh hidupnya.
Ketika seorang menyatakan “Aku mencintaimu”
Itu sama saja dengan mengatakan bahwa
aku akan melindungimu…Aku akan menjagamu…
Aku akan memperhatikanmu… aku akan merawatmu…
Aku akan bertahan sekuat tenaga agar engkau hidup layak.
Aku akan membahagiakanmu
Seumur hidupmu.
Mencintai bukan hanya perasaan suka, bukan hanya keterkaitan,
Bukan hanya simpati, apalagi emosi sesaat
Karena mencintai adalah memberi sepanjang waktu yang
Hanya mungkin dilakukan oleh
Mereka yang berkepribadian teguh.
Maka dari itu berhati-hatilah ketika mengucapkan
“AKU MENCINTAIMU”
Karena ada tanggung jawab dan kepercayaan yg harus dibuktikan
Dan pembuktian itu adalahproses tumbuhnya

Pembuktian bahwa engkau siap intuk menberi,
Berkorban, merawat dan melindungi orang yang engkau cintai.
Dan ketika semua tidak terbukti,
Maka lenyaplah sudah kepercanyaan orang
 Yang engkau cintai kepadamu.
Tidak ada cinta tanpa kepercayaan,
Suami atau istri yang kehilangan kepercayaan kepada
Pasangannya, seorang kehilangan kepercayaan
Kepada sahabatnya,
 Rakyat Kehilangan kepercayaan kepada pemimpinnya,
Dan seorang anak yang kehilangan Kepercayaan kepada orang tuanya.
Semua itu karena pernyataan “Aku mencintaimu”  Tidak terbukti.
“Aku mencintaimu”
Bukan sekedar kata atau ucapan, tetapi Lebih
lagi tetntang pernyataan jiwamu..
jalan hidup tak selalu lurus kadang berliku bahkan menanjak.
Tapi disitulah ujian mencinta, dimana cinta dibuktikan
Dalam situasi-situasi sulit dan hati yang Menemukan rumahnya,
Hidup bahagia sebahagianya, ikhlas seikhlasnya,
Cunta secintanya, Hingga tak ada

 tempat dihati yang lain, karena cinta adalah cinta.

kebutuhan manusia terhadap agama


KEBUTAHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA


MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah : Pengantar studi islam
Dosen pengampu : Drs. Zainul Arifin, M.Ag




Disusun oleh :

Teti Safitri                 (134411004)
Muthiatun al Abidah   (134411005)
Ahmad Muthohar        (134411006)

Kelas : tasawuf & psikoterapi / TP G

FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG

2013

    
                                                               
I.                   PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang diciptakan dengan segala kelebihan dibanding dengan makhluk lain, secara fisik maupun spirit, jasmani maupun rohani. Manusia diberi petunjuk (hidayah) oleh Allah SWT. Berupa petunjuk indra (hidayah al-hawas), instuisi (wujdan), akal (‘aql), dan agama (din). Hidayah-hidayah tersebut diharapkan dengan mendukung pengembangan diri manusia secara utuh. Dan juga petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat dalam sumber ajarannya, Al-quran dan hadis, tampak amat ideal dan agung.
  Manusia  mempunyai kecenderungan untuk mencari sesuatu yang mampu menjawab segala pertanyaan yang ada dalam benaknya. Segala keingintahuan itu akan menjadikan manusia gelisah dan kemudian mencari pelampiasan dengan timbulnya tindakan irrasionaltas. Munculnya pemujaan terhadap benda-benda merupakan bukti adanya keingintahuan manusia yang diliputi oleh rasa takut terhadap sesuatu yang tidak diketahuinya. Rasa takut terhadap sesuatu itu menjadikan manusia beragama.
2.      Rumusan Masalah
a.       Pengertian Agama?
b.      Latar Belakang Perlunya Agama Terhadap Manusia?
c.       Doktrin Kepercayaan Agama?











II.                PEMBAHASAN

A.    Pengertian Agama
Secara etimologi, agama berasal dari dua kata, a = tidak dan gama = pergi, jadi agama artinya tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi secara trun-menurun. Hal tersebut menunjukkan pada salah satu fungsi agama, yaitu diwarisi turun temurun, dari generasi kegenerasi. Agama dalam bahasa Arab berarti “Addin” yang artinya kepatuhan, kekuasaan, atau kecenderungan. Agama juga merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, “religion” atau religi yang artinya kepercayaan dan penyembahan Tuhan.[1]
Menurut pendapat lain, agama berasal dari bahasa latin yaitu religare yang berarti mengikat. Ajaran-ajaran agama memang mempunyai sifat mengikat bagi manusia. Dalam agama terdapat pula ikatan antara roh manusia dengan tuhan. 
Selanjutnya pengertian agama secara terminology, Taib thahir Abdul Mu’in mengemukakan definisi agama suatu peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang mempunyai akal untuk dengan kehendak dan pilihannya sendiri mengikuti peraturan tersebut, guna mencapai kebahagiaan hidupnya didunia dan diakhirat.[2]
B.     Latar Belakang Perlunya Manusia Terhadap Agama
1.      Latar Belakang Fitrah Manusia
Fitrah keagamaan yang ada dalam diri manusia melatarbelakangi perlunya manusia terhadap agama. Adanya potensi fitrah beragama yang terdapat pada manusia tersebut dapat pula di analisis dari istilah insan yang digunakan al quran untuk menunjukkan manusia.
Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan ditegaskan dalam ajaran islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitri manusia. Setiap anak yang dilahirkan memiliki potensi beragama, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut menjadi Islam, Kristen, Hindu, maupun Budha.
Bukti bahwa manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi agama yaitu pada manusia primitif yang tidak pernah mendapat informasi mengenai Tuhan, ternyata mereka mempercayai adanya Tuhan, meskipun yang mereka percayai itu terbatas pada khayalan.
Musa asyari menyampaikan bahwa manusia insan adalah manusia yang menerima pelajaran dari tuhan tentang apa yang tidak diketahuinya. Manusia insane secara kodrati sebagai ciptaan tuhan yang sempurna bentuknya dibandingkan dengan ciptaan tuhan lainnya yang sudah dilengkapi dengan kemampuan mengenal dan memahami kebenaran dan kebaikan yang terpancar dari ciptaan-Nya.
Sebagian hipotesis mengatakan bahwa agama adalah produk rasa takut. Seperti rasa takut manusia dari alam , dari gelegar suara guruh yang menggetarkan , dari luasnya lautan dan dari debur ombak yang menggulung serta gejala-gejala lainnya. Sebagai akibat dari rasa takut ini terlintaslah agama dalam benak manusia.
Beberapa hipotesis tersebut telah banyak di buktikan kegagalannya oleh para ahli karena dasar hipotesis tersebut adalah pemikiran manusia yang terbatas, sedangkan agama yang benar datang dari yang Maha Tidak Terbatas, yaitu Tuhan.
Hipotesis tersebut sekedar menunjukkan bahwa manusia memiliki potensi beragama, namun potensi tersebut jika tdak di arahkan akan keliru hasilnya . Hal ini tidak berarti akal manusia tidak ada manfaatnya, melainkan menunjukkan bahwa dalam hal beragama akal saja tidaklah cukup.
Semantara itu, Alixis Carel, salah seorang pemenang hadiah Nobel, berpendapat bahwa do’a merupakan gejala keagamaan yang paling agung bagi manusia, karena pada kedaan itu jiwa manusia terbang melayang kepada tuhan. Lebih lanjut ia mengatakan, adakalanya manusia, pada beberapa keadaan ruhaniyahnya, merasakan kebesaran dan keagungan ampunan Tuhan. Selanjutnya Enstein mengatakan adanya bermacam-macam kejiwaan yang menyebabkan pertumbuhan agama. Demikian pula bermacam-macam factor telah mendoronh berbagai kelompok manusia untuk berpegang teguh pada agama.[3]
2.      Kelemahan dan Kekurangan Manusia
Disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan manusia juga memiliki kekurangan. Dalam pandangan al-Qur’an, manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan sempurna, namun diperoleh pula manusia berpotensi positif dan negatif, sedangkan daya tarik keburukan lebih kuat dari pada kebaikan.
Sifat-sifat keburukan yang ada pada manusia antara lain sombong, inkar, iri, dan lain sebagainya, Karena itu manusia dituntut untuk menjaga kesuciaannya, hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesuciannya dengan cara mendekatkan diri pada Tuhan dengan bimbingan agama dan disinilah letak kebutuhan manusia terhadap agama.
3.      Tantangan Manusia
Manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang dating dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan, sedangkan tantangan dari luar berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia dengan sengaja ingin memalingkan manusia dari Tuhan.
Upaya mengatasi dan membentengi manusia adalah dengan mengajar mereka agar taat menjalankan agama. Jadi upaya mengagamakan masyarakat menjadi sangat penting, agar masyarakat mampu menghadapi tantangan baik dari luar maupun dari dalam.
C.     Doktrin-Doktrin Kepercayaan Agama
Doktrin adalah ajaran tentang asas-asas suatu aliran politik, keagamaan, pendirian segolongan ahli ilmu pengetahuan, keagamaan, pendirian segolongan ahli ilmu pengetahuan.[4]
Adapun doktrin didalam agama antara lain:
Ø   Doktrin utama dalam agama Yahudi;[5]
·         Percaya kepada Allah pencipta langit bumi dan seluruh alam semesta, dan Dia adalah Allah yang kekal.
·         Percaya bahwa Musa adalah nabi yang menerima hokum Allah dan diutus untuk melayani umat Allah, bangsa Israel, yang disebut kaum
Yahudi.
·         Percaya dan menantikan datangnya Mesias yang akan menyatakan kerajaan Allah, dan bahwa Dia pasti akan datang pada waktunya.
Ø   Doktrin utama dalam agama Budha:[6]
·         Tentang realita penderitaan, bahwa di dalam hidup manusia tidak dapat menghindari realita penderitaan.
·           Tentang penyebab adanya penderitaan.
·           Tentang cara manusia dapat mengakhiri penderitaan hidup di dunia ini adalah meniadakan, membebaskan diri dari semua keinginan, hasrat dan perasaan yang ada dalam diri manusia.
·           Tentang jalan kelepasan dari penderitaan setelah memadamkan hasrat diri dan keinginan tersebut, manusia melangkah ke dalam perjalanan menuju nirwana.
Ø   Doktrin utama dalam agama Islam:[7]
·         Iman dan kewajiban
Menjadi pemeluk Islam, haruslah sungguh-sungguh tunduk dan menyerahkan diri kepada Allah dengan menyatakan imannya hanya kepada Allah yang Maha Esa dan melakukan hokum-hukumNya.
·         Shari’at
Hukum Islam berasal dari Allah, yang merupakan bagian utama dalam kehidupan umat Islam, dimana didalamnya mengatur hubungan manusia baik dengan sesama manusia maupun Tuhan.
·         Rukun Iman
Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitab Allah, Rosul, Hari akhir, Takdir Allah
·         Rukun Islam
Shahadat, Sholat, Zakat, Puasa, dan Haji.

III.             PENUTUP
KESIMPULAN

1.      Agama adalah suatu kepercayaan, keyakinan kepada yang mutlak, yang dimana keyakinan tersebut dianggap yang paling benar
2.      Agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan manusia yang terkandung dalam kitab suci yang turun temurun diwariskan oleh generasi kegenerasi dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat .
3.      Dalam diri manusia sudah terdapat potensi beragama, potensi beragama ini memerlukan pembinaan, pengarahan, dan pengembangan dengan cara mengenalkan agama kepadanya.
4.      Adanya kelemahan dan kekurangan manusia serta tantangan yang harus dihadapi juga menjadi factor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama.
5.      Setiap agama mempunya doktrin-doktrin yang dianggap sebagai prinsip utama yang harus dijunjung oleh semua umat agama tersebut.
6.      Dalam konteks doktrin, agama selalu menjadi akidah, yakni sebagai suatu kepercayaan kepada Tuhan, suatu ikatan, kesadaran, dan penyembahan secara spiritual kepada-Nya. Sebagai suatu akidah, agama memiliki prinsip - prinsip kebenaran yang dituangkan dalam bentuk doktrin.


                                           
DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin. 2011. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Rajawali Pres
Syukur, Amin. 2002. Pengantar Studi Islam. Semarang: Pustaka Nuun
Aminuddin, dkk. 2005. Pendidikan Agama Islam. Bogor: Ghalia Indonesia
Pranata Santoso, Magdalena.2009. Filsafat Agama. Yogyakarta: Graha Ilmu
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka




[1] Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hal. 12
[2] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Yogyakarta: Gama Media, 2005), hal.14
 [3] Ibid., hal.22

[4] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hal. 211

[5] Magdalena Pranata Santoso, Filsafat Agama, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hal. 39

[6] Ibid., hal.44
[7] Ibid., hal.54


HIDROTERAPI

HIDROTERAPI
Hidroterapi (hydrotherapy), yang sebelumnya dikenal sebagai hidropati (hydropathy), adalah metode pengobatan menggunakan air untuk mengobati penyakit atau meringankan kondisi yang menyakitkan.
Hidroterapi terkait dengan terapi hidrotermal, dimana suhu air yang diubah-ubah digunakan untuk menyembuhkan.
Menggunakan air sebagai terapi bukanlah konsep baru. Metode ini telah digunakan berabad-abad lalu dalam berbagai kebudayaan seperti Cina, Jepang, Mesir, Yunani, dan Romawi.
Misalnya, orang-orang Yunani menjadikan mandi sebagai terapi. Begitu pula bangsawan Mesir yang menambahkan bunga dan minyak esensial ke dalam air mandi mereka.
Hippocrates, yang dijuluki sebagai bapak kedokteran, menyarankan mandi di mata air untuk meringankan berbagai penyakit.
Pada abad ke-19, Pastor Sebastian Kneipp, seorang biarawan dari Bavaria, merupakan orang yang berjasa menghidupkan kembali terapi air.
Saat ini, terdapat berbagai metode yang digunakan dalam hidroterapi seperti mandi air hangat, mengompres, membilas, menggunakan uap air, sauna, dan sebagainya.
Hidroterapi digunakan untuk mengobati berbagai masalah tulang belakang, ankylosing spondylitis, dan arthritis.
Hidroterapi juga digunakan untuk orang yang menderita kelumpuhan, stroke, dan luka bakar.
Cara Kerja Hidroterapi
Ketika tubuh sedang stres atau sakit, perubahan kimia terjadi yang mengakibatkan denyut nadi dan tekanan darah meningkat.
Telah diamati bahwa hidroterapi mampu meringankan kondisi tersebut dengan mengurangi tingkat stres dan memperbaiki pembengkakan sendi.
Hal ini pada gilirannya membantu individu untuk santai yang selanjutnya membantu mengurangi rasa sakit.
Hidroterapi mengurangi rasa sakit dengan merangsang produksi endorfin, yang merupakan zat kimia saraf yang memiliki sifat analgesik.
Terapi ini juga membantu meningkatkan sirkulasi darah dengan memperlebar pembuluh darah sehingga lebih banyak oksigen dipasok ke jaringan yang mengalami pembengkakan.
Perbaikan sirkulasi darah juga memperlancar sirkulasi getah bening sehingga membersihkan tubuh dari racun.
Oleh karena itu, orang-orang yang menderita berbagai penyakit seperti rematik, radang sendi, linu panggul, sakit punggung, insomnia, kelelahan, stres, sirkulasi darah yang buruk, nyeri otot, kram, kaku, terapi air (hidroterapi) bisa digunakan untuk meringankan masalah tersebut.
MANFAAT HIDROTERAPI

Hidroterapi adalah salah satu jenis terapi pengobatan alternatif yang menggunakan air sebagai sarana pengobatannya. Terdapat 2 jenis hidroterapi yang biasanya digunakan, yaitu internal dan eksternal. Penggunaannya disesuaikan dengan penyakit yang diderita pasien.
Berikut ini adalah 5 manfaat yang dapat diperoleh mereka yang memilih hidroterapi sebagai jalan pengobatannya, seperti dilansir oleh Magforwomen:
  • Membantu proses detoksifikasi
Zat semisal racun, bahan kimia, protein tercerna, plak di organ tubuh, serta parasit sering menumpuk di sistem limfatik dan ini akan terbuang dengan proses detoksifikasi dengan menggunakan hidroterapi.
  • Menstimulasi dan merilekskan otot
Hidroterapi baik untuk penyakit seperti arthritis, sirkulasi darah buruk, sakit otot, rematik, dan cedera otot. Hidroterapi menggunakan air panas akan menstimulasi dan membuat otot menjadi relaks.
  • Memperbaiki aktivitas metabolik tubuh
Hidroterapi dengan mandi air dingin, lalu berganti dengan mandi air panas akan membantu kontraksi otot. Ketika mandi air panas, darah dan kelenjar getah bening bergerak menuju kulit luar untuk proses pendinginan. Sedang saat mandi air dingin, yang terjadi adalah sebaliknya. Ini membantu detoksifikasi tubuh, membersihkan pori dan meningkatkan elastisitas otot serta metabolisme.
  • Meningkatkan imunitas tubuh
Saat limbah tak berguna dalam tubuh telah bersih dalam detoksifikasi, maka organ-organ Anda menjadi higienis dan beresiko rendah menjadi tuan rumah dari penyakit. Itu juga meningkatkan sistem imunitas tubuh.
  • Meningkatkan fungsi organ
Terapi ini meningkatkan sirkulasi darah di organ dalam, dan membangun kekebalan sendiri. Ia diharapkan mampu melawan berbagai penyakit, termasuk penyakit kronis.
Program – Program Hidroterapi Sasana Patra
  • PRA KELAHIRAN
Penelitian telah menunjukkan bahwa Hidroterapi Pra-kelahiran lebih
efektif mencegah stress, mengurangi sakit pinggang pada kehamilan dan Pelvic Instability atau
gangguan kestabilan panggul.
“Melahirkan membutuhkan banyak
kekuatan, stamina serta fokus.
Dan hidroterapi membantu tubuh dan pikiran saya menjadi lebih rileks.”
- Ibu Mieke
  • PEDIATRIC
Hidroterapi Pediatric dapat meningkatkan
kebugaran si buah hati, menjaga  otot dan sendi tetap lentur dan rileks, serta
memberikan input (stimulasi) sensori dini yang baik & menyeluruh, karena air
dapat memberikan tekanan pada seluruh bagian tubuh dengan tekanan yang sama.
“Setelah dedek Kenzie
mengikuti hidroterapi, sekarang jadi lebih cepat tengkurep, lebih aktif
dan tampak seger, sehingga tidurnya lebih nyeyak.”
- Ibunda Ahmad Kenzie (5 bulan)
  • PASKA STROKE
Dengan adanya gaya buoyancy dan input sensorik yang merata dalam hidroterapi, akan meningkatkan pemahaman pasien stroke pada anggota gerak tubuhnya dan akan lebih mudah melakukan kontrol gerakan, sehingga hasil latihan akan lebih optimal.
  • KONDISI ORTHOPEDI
Hanya dengan hidroterapi latihan untuk kondisi orthopedi dapat dilakukan dengan variasi gerakan yang luas tanpa membebani persendian, sehingga latihan lebih efektif dan proses recovery atau penyembuhan bisa lebih maksimal.
  • CIDERA OLAHRAGA
Hidroterapi memberikan pola latihan yang tepat untuk cidera olahraga, karena jaringan yang cidera tidak akan terbebani, sehingga bebas dari nyeri  dan tetap bisa diberikan latihan dengan tingkat latihan yang dapat disesuaikan .

  • HYPNO & HYDRO SLIMMING