KEBUTAHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA
MAKALAH
Disusun
guna memenuhi tugas
Mata
kuliah : Pengantar studi islam
Dosen
pengampu : Drs. Zainul Arifin, M.Ag
Disusun
oleh :
Teti
Safitri (134411004)
Muthiatun
al Abidah (134411005)
Ahmad
Muthohar (134411006)
Kelas
: tasawuf & psikoterapi / TP G
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
WALISONGO
SEMARANG
2013
I.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Manusia adalah satu-satunya makhluk
yang diciptakan dengan segala kelebihan dibanding dengan makhluk lain, secara
fisik maupun spirit, jasmani maupun rohani. Manusia diberi petunjuk (hidayah)
oleh Allah SWT. Berupa petunjuk indra (hidayah al-hawas), instuisi (wujdan),
akal (‘aql), dan agama (din). Hidayah-hidayah tersebut diharapkan dengan
mendukung pengembangan diri manusia secara utuh. Dan juga petunjuk-petunjuk
agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat dalam sumber
ajarannya, Al-quran dan hadis, tampak amat ideal dan agung.
Manusia
mempunyai kecenderungan untuk mencari sesuatu yang mampu menjawab segala
pertanyaan yang ada dalam benaknya. Segala keingintahuan itu akan menjadikan
manusia gelisah dan kemudian mencari pelampiasan dengan timbulnya tindakan
irrasionaltas. Munculnya pemujaan terhadap benda-benda merupakan bukti adanya
keingintahuan manusia yang diliputi oleh rasa takut terhadap sesuatu yang tidak
diketahuinya. Rasa takut terhadap sesuatu itu menjadikan manusia beragama.
2.
Rumusan Masalah
a. Pengertian Agama?
b. Latar Belakang Perlunya Agama
Terhadap Manusia?
c. Doktrin Kepercayaan Agama?
II.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Agama
Secara etimologi, agama berasal dari
dua kata, a = tidak dan gama = pergi, jadi agama artinya tidak pergi, tetap
ditempat, diwarisi secara trun-menurun. Hal tersebut menunjukkan pada salah
satu fungsi agama, yaitu diwarisi turun temurun, dari generasi kegenerasi. Agama
dalam bahasa Arab berarti “Addin”
yang artinya kepatuhan, kekuasaan, atau kecenderungan. Agama juga merupakan
terjemahan dari bahasa Inggris, “religion”
atau religi yang artinya kepercayaan dan penyembahan Tuhan.[1]
Menurut pendapat lain, agama berasal
dari bahasa latin yaitu religare yang
berarti mengikat. Ajaran-ajaran agama memang mempunyai sifat mengikat bagi
manusia. Dalam agama terdapat pula ikatan antara roh manusia dengan tuhan.
Selanjutnya pengertian agama secara
terminology, Taib thahir Abdul Mu’in mengemukakan definisi agama suatu
peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang mempunyai akal untuk dengan
kehendak dan pilihannya sendiri mengikuti peraturan tersebut, guna mencapai
kebahagiaan hidupnya didunia dan diakhirat.[2]
B.
Latar Belakang Perlunya Manusia Terhadap Agama
1. Latar Belakang Fitrah Manusia
Fitrah keagamaan yang ada dalam diri manusia
melatarbelakangi perlunya manusia terhadap agama. Adanya potensi fitrah
beragama yang terdapat pada manusia tersebut dapat pula di analisis dari
istilah insan yang digunakan al quran untuk menunjukkan manusia.
Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan ditegaskan
dalam ajaran islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitri manusia. Setiap
anak yang dilahirkan memiliki potensi beragama, maka kedua orang tuanyalah yang
menjadikan anak tersebut menjadi Islam, Kristen, Hindu, maupun Budha.
Bukti bahwa manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi
agama yaitu pada manusia primitif yang tidak pernah mendapat informasi mengenai
Tuhan, ternyata mereka mempercayai adanya Tuhan, meskipun yang mereka percayai
itu terbatas pada khayalan.
Musa asyari menyampaikan bahwa manusia insan adalah manusia
yang menerima pelajaran dari tuhan tentang apa yang tidak diketahuinya. Manusia
insane secara kodrati sebagai ciptaan tuhan yang sempurna bentuknya
dibandingkan dengan ciptaan tuhan lainnya yang sudah dilengkapi dengan
kemampuan mengenal dan memahami kebenaran dan kebaikan yang terpancar dari
ciptaan-Nya.
Sebagian hipotesis mengatakan bahwa agama adalah produk rasa
takut. Seperti rasa takut manusia dari alam , dari gelegar suara guruh yang
menggetarkan , dari luasnya lautan dan dari debur ombak yang menggulung serta
gejala-gejala lainnya. Sebagai akibat dari rasa takut ini terlintaslah agama
dalam benak manusia.
Beberapa hipotesis tersebut telah banyak di buktikan
kegagalannya oleh para ahli karena dasar hipotesis tersebut adalah pemikiran
manusia yang terbatas, sedangkan agama yang benar datang dari yang Maha Tidak
Terbatas, yaitu Tuhan.
Hipotesis tersebut sekedar menunjukkan bahwa manusia
memiliki potensi beragama, namun potensi tersebut jika tdak di arahkan akan
keliru hasilnya . Hal ini tidak berarti akal manusia tidak ada manfaatnya,
melainkan menunjukkan bahwa dalam hal beragama akal saja tidaklah cukup.
Semantara itu, Alixis Carel, salah seorang pemenang hadiah
Nobel, berpendapat bahwa do’a merupakan gejala keagamaan yang paling agung bagi
manusia, karena pada kedaan itu jiwa manusia terbang melayang kepada tuhan.
Lebih lanjut ia mengatakan, adakalanya manusia, pada beberapa keadaan
ruhaniyahnya, merasakan kebesaran dan keagungan ampunan Tuhan. Selanjutnya
Enstein mengatakan adanya bermacam-macam kejiwaan yang menyebabkan pertumbuhan
agama. Demikian pula bermacam-macam factor telah mendoronh berbagai kelompok
manusia untuk berpegang teguh pada agama.[3]
2. Kelemahan dan Kekurangan Manusia
Disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan manusia
juga memiliki kekurangan. Dalam pandangan al-Qur’an, manusia diciptakan oleh
Allah dalam keadaan sempurna, namun diperoleh pula manusia berpotensi positif
dan negatif, sedangkan daya tarik keburukan lebih kuat dari pada kebaikan.
Sifat-sifat keburukan yang ada pada manusia antara lain
sombong, inkar, iri, dan lain sebagainya, Karena itu manusia dituntut untuk
menjaga kesuciaannya, hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesuciannya dengan
cara mendekatkan diri pada Tuhan dengan bimbingan agama dan disinilah letak
kebutuhan manusia terhadap agama.
3. Tantangan Manusia
Manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai
tantangan, baik yang dating dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam
berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan, sedangkan tantangan dari luar
berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia dengan sengaja ingin memalingkan
manusia dari Tuhan.
Upaya mengatasi dan membentengi manusia adalah dengan
mengajar mereka agar taat menjalankan agama. Jadi upaya mengagamakan masyarakat
menjadi sangat penting, agar masyarakat mampu menghadapi tantangan baik dari
luar maupun dari dalam.
C.
Doktrin-Doktrin Kepercayaan Agama
Doktrin adalah ajaran tentang asas-asas suatu aliran
politik, keagamaan, pendirian segolongan ahli ilmu pengetahuan, keagamaan,
pendirian segolongan ahli ilmu pengetahuan.[4]
Adapun doktrin didalam agama antara lain:
·
Percaya kepada Allah pencipta langit bumi dan seluruh alam
semesta, dan Dia adalah Allah yang kekal.
·
Percaya bahwa Musa adalah nabi yang menerima hokum Allah dan
diutus untuk melayani umat Allah, bangsa Israel, yang disebut kaum
Yahudi.
·
Percaya dan menantikan datangnya Mesias yang akan menyatakan
kerajaan Allah, dan bahwa Dia pasti akan datang pada waktunya.
·
Tentang realita penderitaan, bahwa di dalam hidup manusia
tidak dapat menghindari realita penderitaan.
·
Tentang
penyebab adanya penderitaan.
·
Tentang
cara manusia dapat mengakhiri penderitaan hidup di dunia ini adalah meniadakan,
membebaskan diri dari semua keinginan, hasrat dan perasaan yang ada dalam diri
manusia.
·
Tentang
jalan kelepasan dari penderitaan setelah memadamkan hasrat diri dan keinginan
tersebut, manusia melangkah ke dalam perjalanan menuju nirwana.
·
Iman dan kewajiban
Menjadi pemeluk Islam, haruslah sungguh-sungguh tunduk dan
menyerahkan diri kepada Allah dengan menyatakan imannya hanya kepada Allah yang
Maha Esa dan melakukan hokum-hukumNya.
·
Shari’at
Hukum Islam berasal dari Allah, yang merupakan bagian utama
dalam kehidupan umat Islam, dimana didalamnya mengatur hubungan manusia baik
dengan sesama manusia maupun Tuhan.
·
Rukun Iman
Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitab Allah, Rosul, Hari
akhir, Takdir Allah
·
Rukun Islam
Shahadat, Sholat, Zakat, Puasa, dan Haji.
III.
PENUTUP
KESIMPULAN
1.
Agama adalah suatu kepercayaan, keyakinan kepada yang
mutlak, yang dimana keyakinan tersebut dianggap yang paling benar
2.
Agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil
renungan manusia yang terkandung dalam kitab suci yang turun temurun diwariskan
oleh generasi kegenerasi dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup
bagi manusia agar mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat .
3.
Dalam diri manusia sudah terdapat potensi beragama, potensi
beragama ini memerlukan pembinaan, pengarahan, dan pengembangan dengan cara
mengenalkan agama kepadanya.
4.
Adanya kelemahan dan kekurangan manusia serta tantangan yang
harus dihadapi juga menjadi factor lain yang menyebabkan manusia memerlukan
agama.
5.
Setiap agama mempunya doktrin-doktrin yang dianggap sebagai
prinsip utama yang harus dijunjung oleh semua umat agama tersebut.
6.
Dalam konteks doktrin, agama selalu menjadi akidah, yakni
sebagai suatu kepercayaan kepada Tuhan, suatu ikatan, kesadaran, dan
penyembahan secara spiritual kepada-Nya. Sebagai suatu akidah, agama memiliki
prinsip - prinsip kebenaran yang dituangkan dalam bentuk doktrin.
DAFTAR
PUSTAKA
Nata,
Abuddin. 2011. Metodologi Studi Islam.
Jakarta: Rajawali Pres
Syukur,
Amin. 2002. Pengantar Studi Islam.
Semarang: Pustaka Nuun
Aminuddin,
dkk. 2005. Pendidikan Agama Islam. Bogor: Ghalia Indonesia
Pranata
Santoso, Magdalena.2009. Filsafat Agama. Yogyakarta: Graha Ilmu
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
[1] Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2005), hal. 12
[2] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Yogyakarta:
Gama Media, 2005), hal.14
[4] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hal. 211
[5]
Magdalena Pranata Santoso, Filsafat Agama,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hal. 39
Tidak ada komentar:
Posting Komentar